Term

Artikel dalam blog ini adalah karya asli penulis. Beberapa artikel pernah penulis unggah diblog yang lain sebelumnya, yang pada saat ini blog tersebut telah penulis hapus. Disamping itu, sebagian juga merupakan pindahan tulisan dari web geo.fis.unesa.ac.id mengingat keterbatasan space pada web tersebut. Pembaca diijinkan untuk menyitir artikel dalam blog ini, tetapi wajib mencantumkan nama blog ini sebagai sumber referensi untuk menghindari tindakan plagiasi. Terimakasih

Monday, July 29, 2013

Desertifikasi batuan karst

Kawasan karst pada umumnya memiliki tanah penutup yang tipis. Tanah penutup batuan karst juga sering tidak terlindungi oleh vegetasi sehingga mudah tererosi ketika hujan. Erosi terhadap tanah penutup banyak terjadi terutama pada lereng-lereng perbukitan. Erosi tanah penutup batuan karst dalam intensitas yang tinggi dapat mengikis tanah dalam jumlah yang besar. Akibat dari erosi tersebut terjadi proses penyingkapan batuan karst. Pada tingkat lanjut proses penyingkapan tersebut akan mengubah kawasan karst seperti "gurun batuan", dimana seluruh permukaan kawasan tersebut hanya berupa singkapan batuan karst yang sulit dihijaukan.
Kawasan karst yang telah mengalami desertifikasi akut sulit direklamasi. Vegetasi sulit untuk hidup karena sedikitnya tanah sebagai media tumbuh serta ketersediaan air permukaan yang sangat minim. Pada kondisi tersebut, ketersediaan air bawah permukaan juga terancam karena meningkatnya air larian permukaan. Peningkatan air larian permukaan mampu menimbulkan ancaman bahaya banjir bandang. Dampak lanjutannya adalah munculnya masalah-masalah sosial seperti kemiskinan dan lain-lain pada wilayah karst tersebut.
Peran vegetasi sangat penting dalam pengendalian proses desertifikasi ini. Tutupan vegetasi mampu mengikat tanah dan mengurangi potensi benturan air hujan dengan tanah sehingga akan menurunkan potensi erosi. Pada kawasan karst dengan vegetasi yang baik perkembangan proses desertifikasi sangat kecil dan sebaliknya kawasan karst dengaan vegetasi jarang memiliki perluasan kawasan terdesertifikasi yang cepat.
Desertifikasi secara alamiah disebabkan oleh erosi berat terhadap tanah. Selain itu desertifikasi juga dapat terjadi akibat aktifitas manusia seperti penambangan yang tidak terkontrol. Aktifitas penambangan batu gamping dan sejenisnya sering membuka lapisan epikarst bahkan hingga lapisan vadose yang mengakibatkan sebagian besar bukit karst hilang. Pembongkaran epikarst jelas mengakibatkan karst kehilangan kemampuan menangkap dan menyimpan air untuk dimasukkan ke dalam saluran bawah permukaan. Lahan bekas penambangan yang berupa singkapan batu karst sulit di manfaatkan terutama untuk pertanian. 
Desertifikasi batuan karst merupakan suatu ancaman yang sewaktu-waktu dapat menimpa kawasan karst manapun jika kawasan tersebut tidak dikelola dengan baik

Sunday, July 28, 2013

Fungsi penting goa karst

Goa adalah satu bentukan endogen yang banyak dijumpai pada wilayah bertopografi karst. Goa karst memiliki peran utama sebagai alur penyebaran air bawah permukaan. Selain hal tersebut goa karst juga sebagai tempat tinggal dari beberapa fauna yang unik seperti kelelawar, udang, kepiting, dan beberapa hewan lain.
Goa memiliki nilai historis yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan masa lampau wilayah tersebut. Beberapa situs goa ditemukan jejak-jejak prasejarah seperti tulang manusia prasejarah, tulang hewan purba, ataupun berbagai peralatan berburu. Pada masa tersebut goa digunakan sebagai tempat berlindung dan tempat tinggal sehari-hari.
Berbagai speleothem goa seperti stalagtit, stalagmit, dan flowstone memiliki nilai estetis tinggi sehingga goa dapat dijadikan sebagai tempat kunjungan wisata yang sangat menarik. Aktifitas pariwisata saat ini banyak menggiatkan promosi wisata goa baik dalam bentuk wisata umum ataupun wisata khusus. Goa di wilayah Gunungkidul yang saat ini digunakan untuk tujuan wisata seperti Goa Pindul dan Goa Suci serta beberapa goa lainnya.
Sejalan dengan proses pembentukan goa tersebut, goa sering menjadi sumber penyedia air. Kebutuhan air di wilayah karst banyak dipenuhi oleh air yang berasal dari goa-goa. Air diangkat baik secara sederhana oleh penduduk setempat ataupun dipompa menggunakan peralatan modern dalam jumlah yang besar. Eksploitasi air bawah permukaan telah dilakukan seperti di Goa Bribin - Gunungkidul. Contoh lain adalah Goa Cerme dan Goa Pega yang airnya tidak pernah kering walaupun pada musim kemarau.
Alam diciptakan hanyalah untuk kemaslahatan sesama dengan fungsinya masing-masing, maka mari kita jaga kelestariannya ......

Friday, July 26, 2013

Faktor pengontrol proses karstifikasi

Morfologi kawasan karst seperti Gunungsewu terbentuk oleh adanya proses karstifikasi yang terjadi dalam kurun waktu geologi. Proses karstifikasi sebagian besar terjadi pada batuan karbonat. Namun demikian kemungkinan terjadi dan kecepatan proses karstifikasi tersebut berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya walaupun memiliki batuan dasar yang sama.
Proses karstifikasi dikontrol oleh beberapa hal yaitu karakteristik batuan karbonat, curah hujan, dan ketinggian penyingkapan. Karakteristik batuan karbonat meliputi kekompakan, ketebalan, banyaknya rekahan yang ada serta kemudahan terlarutnya. Batuan karbonat yang kompak dan tebal dengan memiliki banyak celah lebih berpotensi mengalami proses karstifikasi. Proses karstifikasi tersebut selanjutnya ditentukan oleh curah hujan yang turun pada wilayah tersebut. Curah hujan yang tinggi lebih memungkinkan terjadinya pelarutan, terlebih jika air hujan tersebut banyak mengandung CO2. Ketinggian singkapan mempengaruhi lamanya air bergerak dalam rekahan vertikal batuan karbonat. Semakin lama pergerakan air pada rekahan vertikal akan memperbesar peluang air tersebut melarutkan batuan karbonat.
Kecepatan proses karstifikasi selanjutnya dipengaruhi oleh keberadaan vegetasi penutup dan temperatur. Vegetasi penutup menghasilkan sersah yang lama-kelamaan akan hancur. Hancuran sersah tersebut merupakan sumber CO2 yang bersama dengan air akan melarutkan batuan karbonat. Pada batuan karbonat ini kecepatan pelarutan berbanding terbalik dengan kenaikan temperatur. Oleh karena itu proses karstifikasi pada batuan karbonat lebih intensif terjadi pada wilayah bertemperatur dingin.
Alam memiliki sifat masing-masing, mari kita kenali mereka untuk kelestariannya....

Tuesday, July 23, 2013

Telaga karst, tumpuan kehidupan

Air permukaan sangat jarang ditemui pada wilayah karst. Sebagian besar air masuk ke dalam rongga dan rekahan batuan. Air tersebut selanjutnya berkumpul pada lorong-lorong dan membentuk sungai bawah tanah. Sebagian kecil air yang ada di permukaan terkumpul pada cekungan-cekungan antar bukit. Air terkumpul menjadi sebuah telaga karst dan banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitarnya untuk kebutuhan mandi, mencuci bahkan memasak. Sering pula air tersebut dimanfaatkan untuk memandikan ternak.

Telaga Beton di Kecamatan Ponjong
Pengambilan air telaga untuk pemenuhan kebutuhan

Akses jalan di telaga beton untuk mendukung wisata
Keberadaan telaga karst sangat penting bagi penduduk di sekelilingnya. Jika diamati dengan seksama, pemukiman penduduk di wilayah karst khususnya di Gunungsewu selalu dekat dengan telaga-telaga karst tersebut. Air yang tersisa di telaga tersebut benar-benar menjadi tumpuan kehidupan.
Namun sangatlah disayangkan, cara pemanfaatan air telaga karst yang dilakukan oleh penduduk banyak tidak memperhatikan kelestariannya. Aktifitas mandi, mencuci dan memandikan ternak sering dilakukan ditempat itu pula. Akibatnya air tercemar deterjen dan berbagai kotoran hewan yang menjadikan air telaga "kaya" akan bakteri coli. Kualitas air sering tidak layak karena akumulasi bahan pencemar tersebut. 
Peran pemerhati dan aktifis lingkungan dan juga pemerintah sangat dibutuhkan oleh masyarakat ini. Mereka memerlukan penyadaran atas pentingnya kualitas lingkungan. Mereka memerlukan pengetahuan tentang sifat dan tabiat lingkungan fisik karst dimana mereka tinggal. Tutunan yang tidak menggurui akan sangat membantu meningkatkan kualitas hidup penduduk sekaligus menjaga kelestarian air telaga karst tersebut.

Karst, bumi kokoh yang rapuh

Kawasan bertopografi karst terbentang disebagian wilayah Indonesia. Kawasan karst memiliki banyak keunikan dibandingkan kawasan non karst. Keberadaan karst sering dicirikan oleh adanya perbukitan berpadu dengan goa-goa karst yang dialiri oleh sungai bawah permukaan. Tanah penutup biasanya tipis dan mudah tererosi. Keberadaan vegetasi terbatas pada cekungan-cekungan yang masih tertutup tanah atau pada rekahan-rekahan bebatuan yang memungkinkan terdapat sedikit simpanan air. Singkapan batuan karst sering ditemui terutama pada lereng-lereng perbukitan.
Batuan karbonat adalah penyusun utama dari sebagian besar kawasan karst. Walaupun bersifat keras, batuan tersebut memiliki sifat mudah terlarut oleh air yang mengandung CO2. Proses pelarutan itulah yang pada akhirnya membentuk muka dari permukaan karst dan juga bentuk bagian dalam batuan tersebut. Bentukan luar berupa bukit dan lembah, sementara bentukan bagian dalam berupa sungai bawah tanah beserta semua speleothemnya. Proses pelarutan terus terjadi selama batuan karbonat tersebut bersinggungan dengan air yang mengandung karbondioksida seperti air hujan. Hasilnya adalah perubahan bentuk permukaan ataupun bawah permukaan karst yang terus terjadi secara perlahan.

Alam terus mengubah bumi ini, sudahkah kita berubah ?

Sejuta misteri bumi Gunungsewu

Pertama menginjakkan kaki ke wilayah Gunungsewu, tidak ada hal lain yang terbersit kecuali hamparan bukit-bukit dengan tanah tipis yang tandus ketika memasuki musim-musim kemarau. Batu-batu gamping putih bermunculan menampakkan wajah cerah dengan sejuta kekokohannya. Keheningan membisu ditengah cekungan tegala karst yang kering. Sekelompok-sekelompok rumah penduduk berhimpit dihamparan tanah yang didatarkan dari lereng bukit. Panas terik matahari tersapu hembusan angin dibawah keteduhan pohon.
Tak jauh dari tempat itu, dinding terjal menyingkap sebuah sungai dengan air sejuk yang mengalir deras. Air berlarian menyeruak dari sebuah mulut lorong didasar jurang. Sejenak mereka  menyapa hangatnya sinar matahari sambil terus bergoyang mengikuti alur. Tak berapa lama merekapun kembali tenggelam ke dalam perut bumi.
Ku coba menyusuri lorong gelap dibawah bukit yang kokoh. Hawa dingin menyapa diikuti kepakan sayap kelelawar yang nampak gembira menyambut. Tetesan-tetesan air dari atap gua menghujan di sana-sini. Ribuan batu yang terukir oleh air tergantung semampai menghiasi ruangan. Gemerlap memancar dari mereka ketika diterpa sinar headlamp. Sesekali barier menghalangi langkah kaki seakan mengingatkan kehati-hatian dalam kehidupan. Cabang lorong beberapa kali menyapa dengan riuhnya air yang berlarian.

Tak lama kemudian, seberkas cahaya terang matahari kembali memanggil bersamaan dengan langkah-langkah penduduk Gunungsewu yang mengambil air kehidupan. Akhirnya kembalilah pada kegersangan dan kekeringan dengan terik matahari memanggang hamparan bukit batu yang berdiri kokoh membisu. Sejuta misteri kembali membungkam dibalik wajah anggun Gunungsewu.

Monday, July 22, 2013

Sisakan harapan di bumi Gunungsewu

Batu gamping sudah tidak asing lagi dimata penduduk Gunungsewu. Hidup mereka sehari-hari bergulir diatasnya. Bahkan sebagian dari mereka menumpukan kehidupannya pada keberadaan batu tersebut. Batu ukir, patung, hingga lonjoran batu tungku adalah contoh budi daya masyarakat setempat yang memanfaatkan batu gamping.
Batu gamping adalah salah satu batuan yang terdapat pada kawasan karst. Memiliki nilai ekonomis tinggi dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat dari level rumahan hingga industri besar. Pemenuhan kebutuhan batu gamping dilakukan dengan menambang dan merombak bukit-bukit karst. Beberapa dilakukan dengan menggali batu tersebut pada lahan-lahan pribadi. 
Kegiatan penambangan diwilayah karst seperti yang dilakukan diatas, harus dan wajib dilandasi dengan kesadaran akan dampak yang mungkin muncul akibat aktifitas tersebut. Bagi industri besar, haruslah memahami betul batas-batas kemampuan lingkungan, sehingga tidak sembarangan merobak bukit karst yang sebenarnya berfungsi sebagai penangkap air. Bagi masyarakat hendaknya mendapatkan bantuan pencerahan tentang sifat wilayah karst yang bersifat dua dimensional dan sulit diperbaharui. Tidaklah salah menggantungkan kehidupan pada lingkungan, tetapi kita harus memperhatikan kelangsungan kelestarian lingkungan itu pula.
Aktifitas yang hanya mempertimbangkan keuntungan sesaat akan berdampak buruk bagi kita juga. Dari waktu ke waktu banyak bukit karst yang hilang. Lahan-lahan terbuka bermunculan di beberapa tempat, karena tanah penutupnya telah dibuang. Singkapan batu gamping menyisakan hamparan datar yang sulit dihijaukan. Air hujan tidak tertangkap oleh epikarst dan segera berubah menjadi air larian permukaan yang mampu merusak. Air yang dapat masuk menjadi air bawah permukaan jumlahnya tidak banyak dan mengangkut pencemar apapun yang dilewatinya tanpa tersaring sedikitpun. Sementara itu, air bawah permukaan itu menjadi sumber kehidupan bagi saudara kita yang berada dilain tempat.
Jika sudah demikian kekurangan air akibat surutnya air bawah permukaan bersiap menerkam tak peduli musim. Rasanya mustahil untuk bisa dikembalikan pada kondisi semula.

Mari kita merenung sejenak, bagaimana kelanjutan nasib anak cucu saudara-saudara kita yang tinggal di wilayah karst yang telah demikian itu ???


Untukmu airku sayang !!!!

Penduduk di wilayah Karangbolong, Gunungkidul, Blambangan, Rengel dan daerah karst lainnya banyak memanfaatkan air bawah permukaan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Memang potensi air bawah permukaan diwilayah seperti itu sangat besar. Namun sayangnya, untuk memperoleh air memerlukan perjuangan yang keras. Betapa tidak, untuk mendapatkan seember air, penduduk harus masuk kedalam gua-gua yang dalam dan gelap. Lorong sempit dan licin adalah tantangan yang harus dikalahkan.

Air dalam lorong gua adalah ciri dari suatu kawasan bertopografi karst aktif. Keberadaan air itu pula yang "mengukir" permukaan hingga bagian dalam karst. Batuan karst memiliki sifat mudah larut jika bertemu dengan air yang memiliki kandungan karbondioksida tinggi. Proses pelarutan yang terus menerus dalam waktu yang lama membentuk fenomena unik baik di permukaan ataupun di bawah permukaan.
Lorong gua merupakan saluran air tak berfilter yang sekaligus berfungsi sebagai gudang air bagi wilayah karst. Air dengan cepat mengalir dari satu tempat ke tempat lain melalui lorong-lorong ini layaknya sungai permukaan yang sering kita lihat. Segala sesuatu yang masuk ke air dalam lorong tersebut akan dengan mudah terangkut dan tersebar ke berbagai tempat sesuai dengan sebaran aliran air tersebut. 
Proses masuknya air dari permukaan ke lorong bawah tanah juga melalui lubang, celah, dan retakan yang ada. Airpun masuk dengan mudah tanpa adanya penyaringan yang baik oleh lapisan tanah yang ada. Tentu saja hal ini mengakibatkan terangkutnya berbagai pencemar seperti sisa pupuk pertanian, sampah, kotoran hewan dan bahkan ( mohon maaf !! ) kotoran manusia jika ada. 
Bertumpu dari hal tersebut, sangatlah tidak bijak jika kita tidak mengelola dengan baik lingkungan karst kita dimana mungkin kita tinggal saat ini. Sebaiknyalah jangan membuang berbagai kotoran dan sampah kita ke saluran-saluran air walaupun saluran itu kecil, karena pada akhirnya air itu juga akan menuju lorong bawah permukaan. Sadarkah kita, bahwa di tempat lain air tersebut langsung dimanfaatkan oleh penduduk untuk minum dan lain-lain.

Selanjutnya, pilihan ada di tangan Anda ........

Gunungsewu, Riwayatmu kini



Menurut para ahli, kawasan karst di Gunungsewu memiliki aneka fungsi yang berkaitan erat dengan situs pengembangan iptek, sumberdaya alam hayati dan nirhayati yang memberi nilai ekonomi jangka pendek dan jangka panjang, tatanan sosio-budaya masyarakat setempat yang khas, dan konservasi sumberdaya alam.
Namun selain dari apa yang telah diceritakan ahli tadi, ada hal lain yang sangat merasuk dihati, yaitu kedamaian dan  ketenteraman diantara bukit-bukit gundul yang terlihat gersang.Tanah yang masih jarang tersentuh bau pembangunan menyimpan sejuta misteri. Kering dan panas siang hari beradu dengan lorong-lorong gelap dengan air jernih dibawah permukaan. Keheningan terobek hanya oleh gemerisik daun jati yang jatuh.
Anak-anak bermain disatu lahan sempit dalam sebuah cekungan tak berair. Tanah liat merah menempel di kaki-kaki mereka. Gembira dan ceria yang terpancar dari wajah mereka. Satu dua penduduk meniti jalan setapak menyeruak rumput-rumput gajah yang mulai mengering. Mereka berjuang untuk mendapatkan air dari lorong gua yang masih menyediakan tetesan sejuk dibawah sana. 
Alhamdulillah .... kata-kata yang terucap dari mereka. Rasa syukur yang besar terungkap tidak hanya dari bibir, namun juga wajah mereka yang cerah dibawah terik matahari. Kesederhanaan berlandas ketulusan selalu memancar pada setiap orang itu. Bumiku yang gersang masih kaya dengan harapan, kedamaian, dan keiklasan.