Term

Artikel dalam blog ini adalah karya asli penulis. Beberapa artikel pernah penulis unggah diblog yang lain sebelumnya, yang pada saat ini blog tersebut telah penulis hapus. Disamping itu, sebagian juga merupakan pindahan tulisan dari web geo.fis.unesa.ac.id mengingat keterbatasan space pada web tersebut. Pembaca diijinkan untuk menyitir artikel dalam blog ini, tetapi wajib mencantumkan nama blog ini sebagai sumber referensi untuk menghindari tindakan plagiasi. Terimakasih

Friday, May 29, 2015

Karakteristik ponor Sawahombo Gunungsewu

Ponor adalah satu fitur karst permukaan dimana air dapat masuk ke dalam sistem jaringan air bawah permukaan. Ponor banyak terbentuk di area cekungan Sawahombo Kecamatan Ponjong Gunungkidul. Secara visual diameter ponor berkisar antara 30 cm hingga satu meter. Bagian atas corong dari ponor tersebut dapat melebar hingga diameter beberapa puluh meter. Air yang masuk ke dalam ponor tersebut mengerosi tanah yang dilewatinya, sehingga proses pelebaran corong bagian atas ponor terus terjadi ketika terdapat air larian permukaan dalam jumlah besar. Pengikisan tanah akan efektif terjadi pada ponor-ponor yang tidak tertutup. Air dapat mengalir dengan deras sehingga kekuatan air menggerus tanah cukup besar.


Pada beberapa bagian lain terdapat ponor yang tertutup tanah, sehingga proses masuknya air terjadi dengan lambat. Pada ponor-ponor seperti ini proses pelebaran corong permukaan ponor tidak efektif. Bentuk permukaan corong ponor biasanya memanjang linear dengan arah aliran air datang. Vegetasi kecil seperti rerumputan cukup membantu memperlambat proses penggerusan tanah, sehingga luas corong ponor tidak cepat meluas.



Ponor berbentuk sumuran terjadi ketika ponor terbentuk oleh proses pelebaran rekahan vertikal karst. Tidak banyak terdapat tanah penutup pada ponor seperti ini. Batuan karst secara visual tersingkap ke permukaan. Air meteorik ataupun air permukaan dapat bersinggungan langsung dengan batuan tersebut dan selanjutnya masuk ke dalam lorong vertikal di bawah ponor tersebut.



Pada beberapa bagian lain yang tidak tergerus oleh air, tanah di Sawahombo ini dimanfaatkan oleh penduduk untuk bercocok tanam seperti padi dan palawija. Beberapa bagian dari area Sawahombo ini dimanfaatkan dengan penanaman tanaman kayu seperti sengon laut. Air banyak menggenang pada beberapa bagian ketika musim penghujan, dan kering ketika memasuki musim kemarau.  Namun demikian para petani kecil penggarap lahan ini, secara periodik terus melakukan pengolahan dan usaha meminimalisasi kehilangan tanah dengan cara membuat tumpukan-tumpukan batu yang dapat menghalangi laju kecepatan aliran air, sehingga kekuatan air menggerus tanah menjadi berkurang.