Term

Artikel dalam blog ini adalah karya asli penulis. Beberapa artikel pernah penulis unggah diblog yang lain sebelumnya, yang pada saat ini blog tersebut telah penulis hapus. Disamping itu, sebagian juga merupakan pindahan tulisan dari web geo.fis.unesa.ac.id mengingat keterbatasan space pada web tersebut. Pembaca diijinkan untuk menyitir artikel dalam blog ini, tetapi wajib mencantumkan nama blog ini sebagai sumber referensi untuk menghindari tindakan plagiasi. Terimakasih

Sunday, October 26, 2014

Mengejar fakta tersembunyi dibalik penampakan fisik Gunungsewu



Gunungsewu terbentang tegar dengan sejuta misteri yang dikandung. Kerasnya batu Gunungsewu setia menjaga rahasia yang disembunyikannya. Lembah yang dalam dan kering membentengi Gunungsewu di segala penjuru. Kesenyapan seakan menutup fenomena yang hingga kini belum banyak terungkap. Alam Gunungsewu masih menyimpan berjuta tanda tanya bagi manusia yang perlu didekati dengan cermat dan bijak. Satu per satu misteri tersebut harus diurai dengan tanpa melawan sifat alamiahnya. Satu petunjuk penting yang diberikan oleh alam Gunungsewu untuk mengurai hal tersebut adalah wajah Gunungsewu itu sendiri.
Kondisi tutupan lahan batas barat Gunungsewu
Gunungsewu diklasifikasikan ke dalam lingkungan karst bertipe holokarst tropik dan relatif terbuka dengan sedikitnya tutupan vegetasi (Worosuprodjo, -). Di klasifikasikan pada tipe holokarst mengingat karst Gunungsewu memiliki perkembangan karst yang cukup sempurna sebagai hasil dari proses solusional yang berjalan dengan efektif. Efektifitas proses solusional dalam waktu yang panjang mengukir wajah permukaan dan bawah permukaan Gunungsewu. Lembah kering, doline, uvala, polye, bukit konikal karst terbentang di permukaan. Dari bentuk fisik permukaan tersebut, Gunungsewu oleh Lehman dikenalkan sebagai kegelkarst,  dan selanjutnya diperinci oleh Haryono dan Day (2004) menjadi poligonal karst, labirin karst, dan tower cone karst. Sementara itu perut bumi Gunungsewu penuh rongga dan rekahan, yang membentuk jaring sungai bawah permukaan dengan berbagai karakternya yang bervariasi secara spasial dan temporal, sebagaimana ditunjukkan oleh Adjie (2010).
Bidang lereng tegak yang merupakan obyek kelurusan (lineament) pada citra satelit
Mulut Goa Gilap, salah satu fenomena struktural bawah permukaan
Wajah Gunungsewu digunakan sebagai kunci untuk mengungkap tabir yang tersembunyi dibawahnya. Keterkaitan kondisi bawah permukaan dengan morfologi permukaan ditunjukkan oleh Haryono dan Day (2004). Poligonal, labirin, dan tower cone karst tidak terbentuk secara acak, melainkan terkelompok secara spasial pada area-area tertentu. Pembentukan tipe-tipe morfologi permukaan karst Gunungsewu tersebut nampak dikontrol oleh kondisi bawah permukaan seperti jenis batuan, ketebalan, serta proses strukturalnya. Di sisi lain, Kusumayudha (1999, 2000, 2009, 2013) menjelaskan bahwa terdapat keterkaitan antara nilai fraktal dari obyek di permukaan karst dengan fenomena bawah permukaan seperti pola aliran bawah permukaan ataupun potensi pemunculan mata air ke permukaan. Nilai fraktal obyek permukaan yang semakin besar diasosiasikan dengan semakin kecilnya tingkat aliran sungai tersebut. Nilai fraktal dari morfologi garis pantai juga disimpulkan memiliki keterkaitan dengan ada tidaknya sumber mata air. Selanjutnya, Tjia (2013) menemukan terdapatnya beberapa kelurusan dan dan teras-teras sebagai bukti tektonika aktif berdasar visualisasi morfologi Gunungsewu. Visualisasi morfologis Gunungsewu juga menunjukkan bukti aktifitas bawah laut pada masa lampau yang ditandai oleh pematang-pematang sirkular, oval dan berjajar.
Pematang linear, sirkular, dan oval pada karst Gunungsewu. (Sumber gambar : Tjia, 2013)
Beberapa simpulan tersebut menunjukkan bahwa karst Gunungsewu memiliki fakta-fakta besar tersembunyi, yang sebenarnya dapat disingkap dengan memperhatikan kondisi permukaannya. Kajian tersebut memanfaatkan teknologi dan metode yang mampu menggambarkan permukaan karst Gunungsewu dalam berbagai skala. Penginderaan jauh memiliki potensi besar dan sekaligus telah dimanfaatkan seperti dilakukan oleh peneliti-peneliti di atas. Selain ini metode penghitungan barbasis geometri fraktal juga memberikan hasil yang baik dalam upaya menyingkap fakta-fakta tersembunyi dalam karst Gunungsewu. Walau demikian, metode terestrial sebagai satu cara pendekatan untuk mengenali lebih jauh karakteristik karst Gunungsewu secara lokal masih tetap diperlukan.

Adji, T., N., 2010. Variasi Spasial-Temporal Hidrogeokimia Dan Sifat Aliran Untuk Karakterisasi Sistem Karst Dinamis Di Sungai Bawah Tanah Bribin, Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Desertasi. Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.  
Haryono, E. dan Day, M., 2004. Landform differentiation within the Gunung Kidul Kegelkarst, Java, Indonesia. Journal of Cave and Karst Studies. Vol. 66 no. 2 p. 62-69.
Kusumayudha, S.B., Zen, M.T., Notosiswoyo, S., Gautama, R.S., 1999. Distribution of Gunungsewu karstic aquifers based on fractal analysis – case study: Semanu and surrounding area, Yogyakarta, Indonesia. GEOSEA ’98 proceedings. Geol Soc. Malaysia Ball. 43 December 1999. Pp. 343-350.
Kusumayudha, S.B., Zen, M.T., Notosiswoyo, S., Gautama, R.S., 2000. Fractal analysis of the Oyo river, cave system, and topography of the Gunungsewu karst area, central Java, Indonesia. Hydrogeology Journal. 8 : 271-278
Kusumayudha, S., B., 2009. Detecting Springs in the Coastal Area of the Gunungsewu Karst Terrain, Yogyakarta Special Province, Indonesia, Analysis using Fractal Geometry IPTEK, The Journal for Technology and Science, Vol. 20, No. 4, November 2009
Kusumayudha, S., B., 2013. Coastal groundwater and its supporting role in the development of Gunungsewu Geopark, Java, Indonesia. Dalam : Wetzelhuetter (ed.). 2013. Groundwater in the coastal zones of Asia-Pacific. Springer Science.
Tjia, H., D., 2013. Morphostructural Development of Gunungsewu Karst, Jawa Island, Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 2 June 2013: 75-88
Worosuprojo, S., - . Karst Sebagai Asset Daerah Kabupaten Gunung Kidul. Fakultas Geografi, Univesitas Gadjah Mada.

No comments: