Gerbang masuk Geopark Gunungsewu |
Kekayaan
fenomena geologis pada wilayah karst tidak dapat dipungkiri lagi. Setelah
ditetapkan sebagai wilayah geopark , kehidupan Gunungsewu terus menggeliat
dengan berbagai kepentingannya. Sebagian masyarakat sesuai dengan konsep
geopark telah memanfaatkan kekayaan fenomena tersebut tanpa merusak hakekat dan
fungsi alamiah bentang lahan karst. Hal tersebut dapat dilihat dengan
berkembangnya usaha pariwisata berbasis fenomena karst seperti susur goa pindul
di Karangmojo dan goa Gong di Kecamatan Punung yang saat ini sedang marak
dikenal masyarakat. Demikian juga dengan wisata pantai Indrayanti yang dalam
perkembangannya nampak hampir melampaui keterkenalan pantai Baron yang lebih
dahulu dikembangkan. Pemanfaatan fenomena geologis pada bentang lahan karst
seperti diatas lebih dapat menjaga kelestarian dan fungsi alamiah dari fenomena
karst tersebut.
Namun
demikian, kita semua masih tetap disuguhkan dengan sulitnya mengalihkan profesi
sebagian masyarakat yang selama ini mengambil secara langsung berbagai jenis
batuan karst di banyak wilayah Gunungsewu. Aktifitas tersebut jelas-jelas dapat
mengancam keberlangsungan fungsi ekosistem karst seperti fungsi tata air bawah
tanah. Pengalihan profesi tersebut memanglah sesuatu yang tidak mudah mengingat
aktifitas tersebut merupakan mata pencaharian sebagai penopang kehidupan
keluarga mereka. Jika aktivitas penambangan ditutup, maka pemerintah seyogyanya
juga membuka lapangan kerja baru terutama bagi para penambang agar tidak kembali
pada aktivitas tersebut. Hal ini adalah satu pekerjaan serius dan tidak mudah
bagi pemerintah daerah Bantul, Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan yang akan
berhadapan langsung dengan mereka.
Namun
demikian, sesulit apapun PR dari setiap pemda tersebut, usaha pengalihan
tersebut rupanya harus tetap dilangsungkan.
Hal ini sangat mendesak untuk dilakukan mengingat dampak luar biasa yang
dapat terjadi dimasa mendatang. Akankah Gunungsewu dibiarkan menjadi padang
batu yang kering tanpa tanah dan air di bawahnya, sementara ratusan ribu
keluarga mendiaminya ...?
Konsep geopark
mensyaratkan bahwa wilayah tersebut memiliki kekhasan situs-situs geologis yang
menyatu dalam konsep perlindungan, pendidikan, dan upaya pembangunan
berkelanjutan. Pada wilayah geopark sinergi antara geodiversitas, biodiveritas,
dan budaya harus benar-benar ditunjukkan. Pada akhirnya wilayah geopark juga
harus mampu menopang perekonomian masyarakat setempatnya.
Dermaga penangkapan ikan di muara sungai Bengawan Solo Purba / Pantai Sadeng |
Fosil kehidupan karst di Museum Karst sebagai sarana edukasi |
Gunungsewu saat ini dipersiapkan sebagai World
Heritage Site dalam suatu jaringan Global Geopark Network. Pemda terkait
bersama dengan pemerintah pusat kembali menata Gunungsewu untuk menjadi cagar
geologi dunia dengan segala kekhasan alam yang dimilikinya. Kementerian ESDM
telah mengeluarkan keputusan tentang penetapan kawasan bentang alam karst
Gunungsewu (Kepmen ESDM No 3045k/40/MEM/2014) yang nantinya dapat digunakan
sebagai dasar bagi pemda terkait dalam pengelolaan wilayah karst ini.
Pemerintah bersama dengan masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan kekayaan
alam Gunungsewu dengan didasari oleh pemahaman atas karakter alamiahnya, bukan
atas kepentingan ekonomis semata. Keberlangsungan wilayah karst ini sangat
ditentukan oleh bagaimana pemanfaatannya pada saat sekarang. Mari dukung Gunungsewu ke dalam Global
Geopark Network untuk penyelamatan masa depan kehidupan Gunungsewu kita......!!!!