Term

Artikel dalam blog ini adalah karya asli penulis. Beberapa artikel pernah penulis unggah diblog yang lain sebelumnya, yang pada saat ini blog tersebut telah penulis hapus. Disamping itu, sebagian juga merupakan pindahan tulisan dari web geo.fis.unesa.ac.id mengingat keterbatasan space pada web tersebut. Pembaca diijinkan untuk menyitir artikel dalam blog ini, tetapi wajib mencantumkan nama blog ini sebagai sumber referensi untuk menghindari tindakan plagiasi. Terimakasih

Tuesday, July 23, 2013

Sejuta misteri bumi Gunungsewu

Pertama menginjakkan kaki ke wilayah Gunungsewu, tidak ada hal lain yang terbersit kecuali hamparan bukit-bukit dengan tanah tipis yang tandus ketika memasuki musim-musim kemarau. Batu-batu gamping putih bermunculan menampakkan wajah cerah dengan sejuta kekokohannya. Keheningan membisu ditengah cekungan tegala karst yang kering. Sekelompok-sekelompok rumah penduduk berhimpit dihamparan tanah yang didatarkan dari lereng bukit. Panas terik matahari tersapu hembusan angin dibawah keteduhan pohon.
Tak jauh dari tempat itu, dinding terjal menyingkap sebuah sungai dengan air sejuk yang mengalir deras. Air berlarian menyeruak dari sebuah mulut lorong didasar jurang. Sejenak mereka  menyapa hangatnya sinar matahari sambil terus bergoyang mengikuti alur. Tak berapa lama merekapun kembali tenggelam ke dalam perut bumi.
Ku coba menyusuri lorong gelap dibawah bukit yang kokoh. Hawa dingin menyapa diikuti kepakan sayap kelelawar yang nampak gembira menyambut. Tetesan-tetesan air dari atap gua menghujan di sana-sini. Ribuan batu yang terukir oleh air tergantung semampai menghiasi ruangan. Gemerlap memancar dari mereka ketika diterpa sinar headlamp. Sesekali barier menghalangi langkah kaki seakan mengingatkan kehati-hatian dalam kehidupan. Cabang lorong beberapa kali menyapa dengan riuhnya air yang berlarian.

Tak lama kemudian, seberkas cahaya terang matahari kembali memanggil bersamaan dengan langkah-langkah penduduk Gunungsewu yang mengambil air kehidupan. Akhirnya kembalilah pada kegersangan dan kekeringan dengan terik matahari memanggang hamparan bukit batu yang berdiri kokoh membisu. Sejuta misteri kembali membungkam dibalik wajah anggun Gunungsewu.

2 comments:

Leli Juni Lestari said...
This comment has been removed by the author.
Karst Gunungsewu said...

Pripun mbak ..