Morfologi kawasan karst seperti Gunungsewu terbentuk oleh adanya proses karstifikasi yang terjadi dalam kurun waktu geologi. Proses karstifikasi sebagian besar terjadi pada batuan karbonat. Namun demikian kemungkinan terjadi dan kecepatan proses karstifikasi tersebut berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya walaupun memiliki batuan dasar yang sama.
Proses karstifikasi dikontrol oleh beberapa hal yaitu karakteristik batuan karbonat, curah hujan, dan ketinggian penyingkapan. Karakteristik batuan karbonat meliputi kekompakan, ketebalan, banyaknya rekahan yang ada serta kemudahan terlarutnya. Batuan karbonat yang kompak dan tebal dengan memiliki banyak celah lebih berpotensi mengalami proses karstifikasi. Proses karstifikasi tersebut selanjutnya ditentukan oleh curah hujan yang turun pada wilayah tersebut. Curah hujan yang tinggi lebih memungkinkan terjadinya pelarutan, terlebih jika air hujan tersebut banyak mengandung CO2. Ketinggian singkapan mempengaruhi lamanya air bergerak dalam rekahan vertikal batuan karbonat. Semakin lama pergerakan air pada rekahan vertikal akan memperbesar peluang air tersebut melarutkan batuan karbonat.
Kecepatan proses karstifikasi selanjutnya dipengaruhi oleh keberadaan vegetasi penutup dan temperatur. Vegetasi penutup menghasilkan sersah yang lama-kelamaan akan hancur. Hancuran sersah tersebut merupakan sumber CO2 yang bersama dengan air akan melarutkan batuan karbonat. Pada batuan karbonat ini kecepatan pelarutan berbanding terbalik dengan kenaikan temperatur. Oleh karena itu proses karstifikasi pada batuan karbonat lebih intensif terjadi pada wilayah bertemperatur dingin.
Alam memiliki sifat masing-masing, mari kita kenali mereka untuk kelestariannya....
No comments:
Post a Comment