Term

Artikel dalam blog ini adalah karya asli penulis. Beberapa artikel pernah penulis unggah diblog yang lain sebelumnya, yang pada saat ini blog tersebut telah penulis hapus. Disamping itu, sebagian juga merupakan pindahan tulisan dari web geo.fis.unesa.ac.id mengingat keterbatasan space pada web tersebut. Pembaca diijinkan untuk menyitir artikel dalam blog ini, tetapi wajib mencantumkan nama blog ini sebagai sumber referensi untuk menghindari tindakan plagiasi. Terimakasih

Monday, July 22, 2013

Sisakan harapan di bumi Gunungsewu

Batu gamping sudah tidak asing lagi dimata penduduk Gunungsewu. Hidup mereka sehari-hari bergulir diatasnya. Bahkan sebagian dari mereka menumpukan kehidupannya pada keberadaan batu tersebut. Batu ukir, patung, hingga lonjoran batu tungku adalah contoh budi daya masyarakat setempat yang memanfaatkan batu gamping.
Batu gamping adalah salah satu batuan yang terdapat pada kawasan karst. Memiliki nilai ekonomis tinggi dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat dari level rumahan hingga industri besar. Pemenuhan kebutuhan batu gamping dilakukan dengan menambang dan merombak bukit-bukit karst. Beberapa dilakukan dengan menggali batu tersebut pada lahan-lahan pribadi. 
Kegiatan penambangan diwilayah karst seperti yang dilakukan diatas, harus dan wajib dilandasi dengan kesadaran akan dampak yang mungkin muncul akibat aktifitas tersebut. Bagi industri besar, haruslah memahami betul batas-batas kemampuan lingkungan, sehingga tidak sembarangan merobak bukit karst yang sebenarnya berfungsi sebagai penangkap air. Bagi masyarakat hendaknya mendapatkan bantuan pencerahan tentang sifat wilayah karst yang bersifat dua dimensional dan sulit diperbaharui. Tidaklah salah menggantungkan kehidupan pada lingkungan, tetapi kita harus memperhatikan kelangsungan kelestarian lingkungan itu pula.
Aktifitas yang hanya mempertimbangkan keuntungan sesaat akan berdampak buruk bagi kita juga. Dari waktu ke waktu banyak bukit karst yang hilang. Lahan-lahan terbuka bermunculan di beberapa tempat, karena tanah penutupnya telah dibuang. Singkapan batu gamping menyisakan hamparan datar yang sulit dihijaukan. Air hujan tidak tertangkap oleh epikarst dan segera berubah menjadi air larian permukaan yang mampu merusak. Air yang dapat masuk menjadi air bawah permukaan jumlahnya tidak banyak dan mengangkut pencemar apapun yang dilewatinya tanpa tersaring sedikitpun. Sementara itu, air bawah permukaan itu menjadi sumber kehidupan bagi saudara kita yang berada dilain tempat.
Jika sudah demikian kekurangan air akibat surutnya air bawah permukaan bersiap menerkam tak peduli musim. Rasanya mustahil untuk bisa dikembalikan pada kondisi semula.

Mari kita merenung sejenak, bagaimana kelanjutan nasib anak cucu saudara-saudara kita yang tinggal di wilayah karst yang telah demikian itu ???


No comments: